Berdiri gagah di tengah Sungai Jagir, Surabaya, Pintu Air Jagir Wonokromo menghadang laju air yang kadang berlimpah. Sesekali, ia mesti menahan sampah yang ikut hanyut dan tersangkut di kaki-kakinya.
Bagi warga Surabaya, keberadaan Pintu Air Jagir memiliki makna tersendiri. Selain dikenal sebagai ikon cagar budaya, bangunan ini juga memberi manfaat yang luar biasa. Karena dari waktu ke waktu, pintu air yang kini dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya ini berperan besar dalam mengatur debit air yang masuk ke Surabaya, termasuk menjaga jumlah stok air PDAM.
Pintu Air Jagir dibangun pada saat pemerintahan Kolonial Belanda tahun 1917. Sejak awal berdiri bangunan ini difungsikan Seiring waktu, setelah terjadi pemindahan kekuasaan beserta asetnya, bangunan ini juga jadi milik bangsa Indonesia. Pihak PDAM sebagai pengelola, tak mau ketinggalan mengikuti program Sparking Surabaya yang digunakan sebagai semangat pariwisata kota. Kini, Pintu Jagir Air diberi hiasan lampu-lampu cantik yang saat malam tiba, menampakkan warna-warni bangunan yang mempesona.
Pintu Air Jagir dibangun pada saat pemerintahan Kolonial Belanda tahun 1917. Sejak awal berdiri bangunan ini difungsikan Seiring waktu, setelah terjadi pemindahan kekuasaan beserta asetnya, bangunan ini juga jadi milik bangsa Indonesia. Pihak PDAM sebagai pengelola, tak mau ketinggalan mengikuti program Sparking Surabaya yang digunakan sebagai semangat pariwisata kota. Kini, Pintu Jagir Air diberi hiasan lampu-lampu cantik yang saat malam tiba, menampakkan warna-warni bangunan yang mempesona.
Mawan Sidarta, seorang warga Surabaya menulis di wisata.kompasiana.com, di balik gaya arsitektur bangunan bendung yang bersahaja ini ada sebuah kisah sejarah masa silam. Para sejarahwan berpendapat ketika pasukan Tar-Tar yang merupakan bala tentara Raja Kubilai Khan dari Kerajaan Mongolia hendak menyerang Kediri. Di sekitar pintu air inilah kapal-kapal perang tentara Tar-Tar bersauh)sebelum menghancurkan Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri kala itu diperintah oleh Prabu Jayakatwang. Perasaan dendam kesumat dan sakit hati yang begitu mendalam Raja Kubilai Khan terhadap Kertanegara belum terbalaskan. Lalu dilakukanlah penyerangan kembali ke Jawa. Sejarah sudah berubah. Kertanegara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singosari itu jauh-jauh hari sebelum kedatangan bala tentara Tar-Tar ternyata sudah tewas ditangan Jayakatwang. Sementara Kubilai Khan mengira Kertanegara masih hidup.
Pertempuran pasukan Tar-Tar dengan Jayakatwang dari Kediri tak terelakkan lagi hingga akhirnya Jayakatwang tewas. Dalam pertempuran itu bala tentara Tar-Tar kehilangan banyak pasukan. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja dari Madura untuk balik menggempur pasukan Tar-Tar yang sudah kocar-kacir itu.
Akhirnya pasukan Tar-Tar dipukul mundur dan sebagian lagi diusir kembali ke negaranya. Maka kemudian berdirilah Kerajaan Majapahit dengan Raden Wijaya sebagai raja pertamanya.
Sampai sekarang pintu air ini masih berfungsi sebagai pengendali banjir di Surabaya. Bangunannya yang kuno tetap terawat dengan baik. Keberadaan Pintu Air jagir menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya. Kawasan di sekitar Sungai Jagir sering dimanfaatkan pengunjung untuk memancing ikan. Tak pelak lagi peluang ini dimanfaatkan sebagian orang untuk mendirikan toko alat-alat pancing dan perlengkapan memancing lainnya.Sebagian pengunjung nekat untuk berenang, meski sudah ada rambu-rambu larangan berenang, sebab saat musim hujan tiba, air Sungai Jagir derasnya minta ampun.
Cerita dari mulut ke mulut yang berkembang hingga saat ini, dulu di sungai ini sering terjadi korban orang tenggelam. Cerita mengerikan ini dikaitkan dengan keberadaan siluman buaya putih yang ada di pintu air yang konon angker itu. Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut yang pasti hingga saat ini bangunan Pintu Air Jagir tetap berdiri dengan kokohnya meski terendam air selama ratusan tahun.
Secara ekologi, lokasi di sekitar pintu air ini cocok bagi habitat semacam ganggang air. Ada sebagian penduduk setempat yang berprofesi sebagai pencari ganggang air ini untuk makanan ikan hias. Alhasil pendapatan menjadi bertambah dengan potensi ganggang air yang ada di sekitar pintu air.
Bagi Anda atau traveler lainnya yang kebetulan berkunjung ke Surabaya tidak ada salahnya meluangkan waktu sejenak untuk menikmati cantiknya bangunan bendung warisan Belanda ini sekaligus menelusuri lebih jauh relung-relung kehidupan masyarakat sekitar Pintu Air Jagir.
Pintu Air Jagir berada tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Wonokromo. Juga tidak jauh dari terminal angkutan kota Joyoboyo. Anda bisa berjalan kaki atau naik becak untuk bisa sampai ke lokasi ini.
untuk mengantisipasi banjir. Bagi orang Belanda, banjir adalah mimpi buruk yang wajib diantisipasi sejak awal. Kebiasaan mengatisipasi banjir ini muncul bahkan sejak mereka masih tinggal di negeri asal. Seperti kita tahu, Belanda adalah negeri yang permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut.
http://www.ayogitabisa.com/inspirasi/kisah-pintu-air-tua-penghalau-banjir-surabaya.html?utm_source=merdeka&utm_medium=stories&utm_campaign=ayogitabisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar